Rabu, 15 Desember 2010

Berkaca Diri

Aku tak suka menoleh kebelakang sebenarnya
Tapi kali ini harus aku lakukan sebelum tahun ini usai dan beranjak pergi
Mencoba menilai ulang guratan-guratan masa kemarin yang telah dihabiskan
Melihat dengan rasa yang berbeda dari ketika masih berada disana

WAKTU yang tersia-sia
HARAPAN yang tidak lagi melambungkan jiwa
CINTA yang semakin tersudut dan hampir terlupa
PERSAHABATAN yang terurai, bertabrakan, mencari dan menghilang

AMARAH yang aku kobarkan dan membakar tanpa tanya
DIAMKU yang justru memicu kericuhan
KESABARAN yang tertakar dan sulit ku isi ulang
SEMANGAT yang tiba-tiba roboh tanpa perlawanan

Apa yang aku dapat?
Hanya membekas, menggumpal menjadi DENDAM

KEBAIKAN mana yang berani ku AKUI?
Jika KEBURUKAN yang LEBIH BESAR aku SEMBUNYIKAN

Ah, Nurani sungguh aku MALU
Kepada dunia karena berlaku SOMBONG

Bagaimana mungkin aku menaruh HARGA DIRI begitu tinggi
Padahal aku TIDAK MENGHARGAI semua yang tersedia bagi diri ini

Merasa memiliki hidup sehingga pantas berbuat sekehendak hati
Lalu bersikap seolah-olah tidak akan ada yang meminta pertanggung jawaban

Aku lengah Nurani
Lemah terhadap keinginan yang membabi buta
Lupa menyadari keinginan itu mampu MELUKAI
Dan waktu terlalu penat untuk bisa menyembuhkannya

Duh, Nurani maukah kau ulurkan kembali tanganmu untukku
Menuntun hati-hati langkah ini agar tak berulah menceritakan kesalahan yang sama

Jumat, 03 Desember 2010

Syarat dan Ketentuan Berlaku

Ketika mendekatimu adalah usaha yang harus terlihat sempurna

Ketika ketulusan ditakar dengan besarnya balasan pengorbanan yang telah kau berikan

Dan ketika menjadi diri sendiri membuatmu memuntahkan segenap peluru ketidak-sukaan yang langsung merobohkan kepercayaan

Maka, aku tidak akan pernah bisa memenangkan sayembara pertemananmu
Berikut dengan segala syarat dan ketentuan yang berlaku

Selasa, 16 November 2010

Lelaki Mulia

Salam untukmu lelaki berhati lembut
Engkau menyadarkanku selama ini tak pernah benar-benar mengenalmu

Aku yang selalu mengaku percaya padamu
Tapi juga tidak mengindahkan apapun tentangmu

Aku malu...
Merasa menjadi orang yang baik malah membuatku sombong

Mengangkat tinggi wajahku untuk sebuah harga diri
Tapi aku tidak menghargai dengan benar diriku sendiri

Salam untukmu lelaki penuh cinta
Buat aku mengerti kasih sayang seperti yang kau miliki

Bentangan jarak waktu padamu
Memudahkanku untuk melupakanmu

Kali ini aku rindu
Padamu lelaki penggenggam hujan*


*(Tasaro GK)

Jumat, 17 September 2010

Memilih

Ini pilihanku dan memang tidak harus jadi pilihanmu
Bagiku ini yang terbaik walau bisa jadi tidak untukmu
Jangan mencoba mengerti jika kau memulainya dengan setengah hati
Karena ini hidupku dan bukan hidupmu maka berhenti memahamiku dari sudut pandangmu

Katakan saja apapun tentangku semaumu
Entah itu nyata atau rekaanmu semata
Dengan lantang atau sekedar desahan yang hanya terdengar ditelingamu
Tenang saja, aku tidak perlu lakukan hal yang sama

Katamu aku dendam! Kataku tidak ada masalah padamu
Sebab kita memang berbeda maka aku tidak perlu memaksamu menjadi sepertiku
Atau apapun itu yang menurutku pantas untukmu
Santai sajalah, silahkan jalani bagianmu tidak usah ragu karena aku tidak akan menghalangi langkahmu

Senin, 06 September 2010

Menahan Diri

Bukankah seharusnya kita menahan diri?
Lalu kenapa masih juga memanjakan keinginan yang sudah tidak masuk akal

Heran, betapa kau mampu memikirkan hal yang tidak terlalu berarti sampai begitu rupa
Hanya ketika semua itu menghalangi inginmu

Seandainya saja kau bersedia lakukan itu disaat tidak ada kepentinganmu disana
Mungkin aku akan menilaimu berbeda

Jumat, 20 Agustus 2010

Kamis, 12 Agustus 2010

Belahan Hati

Memikirkanmu, seperti tak ada habisnya

Kau yang hampir saja membuatku putus asa akan hadirmu
Apakah kau begitu bahagia disana hingga melupakanku yang lelah menunggu?

Ah, kau tidak percaya aku begitu nelangsa tanpamu
Apa karena aku terlihat menikmati hidup ini hingga tak perlu kau disisiku?

Hmm, masih juga kau ragukan aku
Bukankah kau yang lebih tahu isi hatiku dibanding mereka?

Aku hanya berharap kau lekas datang dan menyudahi penantianku
Sebelum rasa ini padam dan rinduku memudar

Untukmu yang masih kusediakan ruang khusus dihatiku
Karena aku masih percaya padamu

Walau entah sampai kapan....

Jumat, 06 Agustus 2010

Munafik atau Tidak? Tentukan Saja Sendiri!

"Setidaknya dia TIDAK MUNAFIK." Itu pendapat mereka
Ketika dia mencumbu seorang perempuan yang sengaja disewa untuknya tanpa ada malu apalagi ragu dan sengaja lupa dengan yang sedang menunggunya dirumah

Tidak munafik karena dia tidak merasa perlu menutupi itu semua di hadapan aku dan mereka
Aku jadi mempertanyakan kembali apa arti MUNAFIK sebenarnya

Apakah itu berarti ketika aku merasa malu dan tidak mengumbar sisi burukku itu berarti munafik?
Atau jika aku melawan keinginanku sendiri yang dengan kesadaran penuh aku tahu itu salah sama saja dengan munafik?

Betapa dunia dipenuhi orang-orang yang tidak munafik kalau begitu
Orang-orang yang tidak merasa sungkan berlaku curang dan mendahulukan egonya
Orang-orang yang berbangga hati mempertontonkan ketidak setiaannya dan bersandiwara pada pasangan setelahnya
Juga sekumpulan manusia lainya yang tidak merasa terganggu dengan itu semua

Aku memang MUNAFIK! Silahkan teriakan dengan lantang diwajahku
Sebab aku tidak mampu memenuhi semua persyaratan untuk menjadi TIDAK MUNAFIK seperti itu

Selasa, 27 Juli 2010

Berusaha Saja

Ketika kau bertanya padaku, "Apa yang harus aku lakukan?"
Kau seharusnya juga tahu aku tidak punya jawaban
Bagaimana mungkin aku lebih tahu tentang hidupmu melebihi dirimu sendiri

Lain waktu kau berkata, "Aku perlu kau untuk mengingatkan!"
Tidakkah kau ingat kalau hanya itu yang dapat aku lakukan untuk hidupmu
Dan kau mungkin perlu diingatkan juga kalau aku bisa saja lengah dan alpa

Mengertikah kau, adakalanya saat aku tersandung dan terluka
Aku hanya ingin kau ada tanpa pinta dan kata-kata
Biarkan saja jawaban atas pertanyaan hidupku itu menjadi bagian dari proses pendewasaanku

Sering kali kita merasa jadi korban atas kesalahan yang diperbuat
Tapi apakah itu cukup membuat kita jera untuk tidak tergoda?
Kau dan aku punya kesempatan yang sama bagi tindakan bodoh yang kita sesali hingga merasa hina

Kita pantas malu dan memang seharusnya begitu
Karena itu aku butuh kau bagi tempatku bersandar sejenak dari kerapuhan
Dan akan ada aku untuk berbagi pikiran ketika akalmu mulai keruh dan bercabang

Tidak perlu sempurna untuk menjadi bijaksana
Dan kita akan terus belajar agar sampai kesana
Terus saja berusaha!

Selasa, 13 Juli 2010

Bertahan, Melawan dan Takut

Aku ingin menyerah saja tapi ingat bahwa perjalanan baru akan dimulai
Tidak bisa terus menerus bertahan karena kemenangan hanya bagi yang memberikan perlawanan
Betapa aku pengecut terhadap dunia
Aku dilemahkan kenyamanan yang tiap hari aku keluhkan

Apa yang kau takuti? Sebuah kegagalan?
Seberapa dalam kegagalan mampu membuatmu terperosok?
Bukankah dasarnya lubang masih dapat kau perhitungkan?
Atau gelapnya yang membuatmu buta?
Adakah dindingnya masih dapat kau raba?

Jadi apa alasanmu untuk takut?

Aku takut pada diriku sendiri
Pada keraguan yang semakin hari malah mendominasi
Takut pada kebimbangan yang seringkali menyelinap ke dalam benteng keyakinan dan memprovokasi
Takut pada kecemasan yang berlebihan terhadap masa depan
Takut kalau aku justru melarikan diri dari apa yang harus kuhadapi

Ahh...sudahlah tidak akan ada habisnya kau keluhkan terus
Lakukan saja apa yang jadi bagianmu lalu biarkan selebihnya menjadi kejutan-kejutan yang akan membuatmu semakin merasa hidup

Rabu, 07 Juli 2010

Tetap Tegak...

Hai Nurani, lama aku tak menyapamu
Tiada keluhan dari mulutku hari ini tak perlu kau risau
Sebab angin yang menderu kuat menerjang dahan-dahanku telah membuat akarku mencengkram bumi erat-erat
Daun-daunku berguguran, tapi lihat aku kokoh tegak bertahan

Jumat, 02 Juli 2010

Tersembunyi

Katakan apa yang diam-diam kau selipkan dipikiranmu, kawan?
Sebagian tanpa sengaja terbaca olehku
Bukan lantaran ku intip dari kejauhan
Sebab kau menuliskannya dilembar tembus pandang
Simpan saja hanya jika perlu, atau kubur dalam-dalam dan segera lupakan

Selasa, 29 Juni 2010

Resah

Kulepaskan belenggumu sejenak agar kau bisa sedikit berharap
Tapi kau sudah terbiasa dengan belenggu yang mencekik lehermu
Maka ketika belenggu itu mulai mengendur dan hampir terlepas
Kau malah resah dan kalut pada kebebasan yang selama ini kau harapkan

Senin, 28 Juni 2010

Siap Atau Tidak....

Ternyata aku tidak pernah siap dengan perubahan
Walau entah berkali-kali aku keluhkan tentang kejenuhan yang memandulkan pikiran
Berangan-angan keluar dari pengulangan-pengulangan yang ku nikmati setiap hari dengan keterpaksaan
Tapi ketika sekat pembatas itu mulai berlubang dan mengalirkan hawa yang berbeda, aku takut

Takut kesegaran yang terhirup pada setiap helaan nafas akan membakar paru-paru yang sudah meradang dan terlalu lama tercemar
Takut bahkan untuk sekedar mengintip dari balik celah dan tersadar ada dunia lain diluar sana yang bisa saja lebih menarik atau mungkin juga lebih mengerikan dari duniaku ini
Semua kemungkinan itu yang membuatku takut
Mengetahui ada yang tidak aku ketahui, menerima kenyataan tak ada yang pasti dari sebuah perjalanan kehidupan selain penderitaan dan kesenangan yang silih berganti

Tapi aku tidak punya banyak pilihan
Berubah atau berhenti dan tertinggal
Waktu tidak akan sudi menunggu
Lakukan sekarang atau esok entah nanti
Lakukan saja itu yang ku tahu pasti

Rabu, 09 Juni 2010

Tidak Ingin Sempurna

Sendirian
Maaf kau salah, aku tidak pernah sendiri
Mereka berbeda katamu, mungkin saja karena kau tidak pernah memiliki mereka seperti layaknya aku

Kesepian
Ya, kadang-kadang. Bahkan dalam keramaian sekalipun seseorang bisa dihinggapi rasa sepi
Lalu apa yang salah dengan itu?

Egois
Itu kata terbaik yang bisa kau berikan padaku ketika aku mengejar kebahagiaanku dan menempuh jalan yang aku yakini
Menyadari kalau kau tak bisa lakukan semua yang aku mampu

Munafik
Aku? Memangnya siapa yang tidak?!
Sibuk menyematkan kepantasan pada hidupku, menilai ketidak sempurnaanku dan membandingkannya dengan hidupmu

Silahkan ambil semua hidupmu yang sempurna itu, aku tidak mau
Kau pikir aku tidak tahu berkali-kali kau bercermin untuk memperbaiki raut wajahmu agar sesuai dengan keharusan bukan apa yang kau rasakan
Berupa-rupa kostum yang kau siapkan untuk berbagai peran tidak menarik bagiku

Aku tidak ingin jadi sempurna!
Biarkan aku melakukan kesalahan dan belajar memperbaikinya berulang-ulang kali
Jangan larang aku bertindak bodoh dan memalukan agar aku bisa tertawa tergelak dikemudian hari ketika mengingatnya
Bebaskan aku untuk membangun kehidupan yang berbeda karena aku memang tidak sama denganmu

Sabtu, 15 Mei 2010

Karena Aku Butuh Kau

Merenung....aku harus sering merenung
Memikirkan kembali kata perkata yang telah aku lontarkan dari mulutku
Memilah-milah setiap kejadian yang berbenturan atau malah menelikung masuk ke hidupku
Resah akan gedoran konstan nurani yang menggetarkan membran bilik hati dan celah-celah otakku
Memperingatkan dan tidak mustahil berakhir dengan ancaman yang berhasil membuatku gentar
Bahwa aku akan bertanggung jawab pada apa yang telah aku lahirkan dari pikiranku dan tersampaikan lewat lidah dan prilaku

Ketika menjadi pemberi petuah membuatku harus bercermin dua kali lebih sering daripada yang seharusnya
Karena aku takut Nurani, kesombongan mempermainkan akalku yang jadi sok pintar
Dan menulikan telingaku akan kata-katamu yang menjauhkan hatiku dari segenggam kebijaksanaan yang baru kumiliki
Rabun pada nilai kebenaran dan kesalahan yang memang sengaja aku samarkan
Aku butuh kau Nurani, untuk mengawasi penglihatanku dengan cermat
Perlu kau Nurani, sebagai penajam pikiranku dan penegas hatiku

Jangan pernah ragu untuk menegurku atau bahkan memakiku bila perlu
Karena aku hanya patung yang bernyawa tanpa hadirmu...Nurani

Kamis, 06 Mei 2010

Bisa Dipercaya atau Tidak Sama sekali

Aku bukan pemilik kepercayaan hanya bisa menjaganya
Seingatku tidak meminta untuk dipercaya tapi kepercayaan itu yang diberikan padaku
Sombong? Tidak!
Karena kepercayaan memang bukan untuk diminta tapi untuk diterima
Coba perhatikan para peminta-minta kepercayaan justru menjadi yang paling pertama mengkhianatinya

Kenapa? Ya, kenapa tidak...
Karena tidak perlu setor jaminan terlebih dahulu untuk mendapatkan kepercayaan
Kalau masih perlu sudah pasti itu berarti kau tidak dipercaya
Mungkin kepercayaan itu terlalu murah nilainya hingga kau tidak merasa rugi apabila kehilangan
Atau juga bisa jadi pemilik kepercayaan yang gegabah sembarangan saja mencecerkan kepercayaannya

Entahlah...
Padahal menjaga kepercayaan itu seperti memiliki tattoo permanent ditubuh
Ketika kau ingin menghilangkannya itu berarti dengan cara merusaknya dan membuat cacat kulitmu
Jadi sekali kau menerima kepercayaan maka cara melepaskannya adalah dengan mengkhianatinya
Dan itu artinya juga kau akan meninggalkan bekas cela dihidupmu

Tolak saja kalau kau memang tak sanggup terima
Daripada kau menyimpannya dalam wadah yang tak layak hingga tertumpah ruah
Mengumpulkannya kembali pun tak akan bisa karena sudah tercecap lekat
Bersiap atau hindari!
Karena kepercayaan lebih mudah dipangkas daripada kau tumbuhkankan kembali

Selasa, 27 April 2010

Bosan, bolehkan?

Bosan...bolehkah?
Aku rasa boleh kenapa tidak? Bukankah manusiawi merasa bosan?
Tapi kenapa ada embel-embel rasa bersalah diantara rasa bosan?
Jika bosan dengan pasangan, pekerjaan, kehidupan,...masih bolehkah?
"Itu namanya tidak bersyukur!" Ah masa seh?

Memang apa yang membuat rasa bosan berarti tidak bersyukur?
Yah karena manusia pada dasarnya lebih senang berkeluh kesah ketika bosan
Hingga lebih baik membatasi rasa bosan itu dan mulai menghargai yang dimiliki sekarang

Tapi ketika kebosanan menjadi alasan untuk bergerak keluar dari kenyamanan
Atau ketika kebosanan menumbuhkan keberanian untuk memilih maju meski tertatih
Dan ketika kebosanan memupuk kekuatan untuk melawan rasa takut yang disertai kemalasan
Berubah bukan berarti tidak bersyukur kan?
Jadi seharusnya tidak apa-apa merasa bosan kalau itu membuat perubahan yang lebih baik dalam hidup

Baiklah, aku akan mencoba belajar mengatasi kebosanan tanpa keluhan
"Bagus, aku juga sudah bosan dengar keluhanmu!" Sela Nurani

Jumat, 23 April 2010

Aku dan Nurani

"Bolehkah aku mengeluh sekali ini saja?" Pintaku pada Nurani.
"Tidak tahu malu, setiap saat juga kerjamu hanya mengeluh dan meminta!"
"Kau pikir selama ini sudah jadi manusia yang hebat ya?"
Nurani bahkan tidak menolehku

Huhh kenapa seh Nurani tidak pernah berpihak padaku?
Sekali saja aku ingin berdamai dengannya dan ia mengikuti inginku
"Aku memang ada untuk bersebrangan dengan maumu, kalau tidak kau bisa dengan seenaknya saja lakukan ini-itu yang kau ingin." Nurani kembali menyambar

"Maksudmu aku tidak pernah bisa mendapatkan apa yang ku mau dan lakukan yang ku ingin?"
"Lalu untuk apa aku hidup?!"
Protesku, dan kali ini aku bertekad untuk tak mau kalah dengannya
"Ku kira tidak ada gunanya kau diberi akal, karena tidak kau pakai dengan benar!"
"Kau hanya bicara seolah-olah hidup ini hanya tentangmu, tapi kau salah!"
"Kau ada agar hidupmu bisa memberi manfaat bagi sekitarmu bukan untuk dirimu sendiri! Kalau tidak Tuhanmu tidak perlu menciptakan manusia berupa-rupa banyaknya."

Aku kalah telak!
Dan kembali harus mengakui dengan perasaan tercabik bahwa Nurani benar
Sialnya, ia selalu benar...

Selasa, 30 Maret 2010

Pertanyaan Untuk Diri

Siapakah aku? Kerap kali pertanyaan sederhana itu tak terjawab
Bersembunyi dibalik senyum kepura-puraan yang semakin terasa nyata
Bergerak mengikuti arus yang mengalir ditengah-tengah kejenuhan yang menekan pembuluh darah dan mulai menghambat aliran kebebasan

Hingga keinginan pun menjadi tabu ketika membuatmu sanggup bermimpi, karena mimpi adalah kekuatan yang tidak mudah dikendalikan
Ia akan bergerak liar, menukik tajam atau melayang tenang menerobos setiap jalur yang membatas mengikuti naluri
Naluri yang memberontak membuahkan mimpi-mimpi yang melesatkan keinginan untuk bebas dari ketakutan menjadi diri sendiri

Butuh keyakinan untuk mantap menapak menentang arah
Harus dengan keberanian melawan kenyamanan dan memilih jalan yang penuh kecemasan serta ketidak pastian
Menyongsong terjangan badai kebencian dan segudang tekanan dengan wajah asli yang hanya terpahatkan ketegaran

Jadi, siapakah aku?
Jika memilih berdiam dibarisan paling belakang diantara bayang-bayang kenyamanan berkawan dengan ketakutan
Maka, aku bukan siapa-siapa...

Senin, 15 Maret 2010

Jujur atau Diam

Nurani pernah berkata,"Jika kau tidak sanggup berkata jujur, diam saja!"
Tapi rupanya aku ini tidak mudah menuruti ucapan sang Nurani
Padahal sudah jelas apa yang disarankannya kepadaku benar adanya
Itulah aku sejenis manusia yang baru jera apabila sudah kena batunya

Masih sempat berkilah,"Tidak jujur demi kebaikan adalah benar!"
"Benar menurut siapa? Dan baik untuk apa?" Nurani kembali mencerca
Nalarku yang pas-pasan ini tidak sanggup memberikan alasan berkelit lagi
Memang aku malu mengakui setuju dengan pertanyaannya

Jujur itu seharusnya lebih mudah daripada berpura-pura
Kau hanya tinggal mengatakan yang sebenarnya terjadi tanpa harus bersusah-payah mengarang indah
Apa sebabnya manusia sejenis aku ini lebih suka menyusahkan diri dengan membuat skenario yang rumit dan berakting sempurna?
Karena ternyata terlalu banyak kepentingan didalamnya walau hanya untuk sekedar jujur

Berkata jujur dengan resiko menyakiti atau berpura-pura demi terjaganya kebahagian
Sungguh itu pilihan yang sulit
"Jadi apa yang akan kau lakukan?" Sentak Nurani
"Aku diam saja kalau begitu!" Jawabku pasti

Selasa, 23 Februari 2010

Tentang Kita

Membaca tulisan seorang kawan tentang tanggal yang istimewa
Teringat kalau juga memiliki kesan yang sama, meski tidak tepat apabila dikatakan istimewa
Bukan karena kebetulan juga tapi karena sebuah keputusan

Sebuah keputusan ketika tanggal empat belas, bulan dua, tiga tahun yang lalu aku melepasmu
Karena ku tahu kau tak mampu lakukan itu
Tepat setelah kau kirimkan pesan ucapan selamat hari jadi kita
Hari jadi yang ke tujuh entah delapan tahun kita sepakati untuk dirayakan
Karena kita tidak pernah ada kata-kata resmi untuk itu sebenarnya

Aku tahu kau tak menyangka aku sanggup lakukan itu
Kau hancur, tidak bedanya dengan diriku
Tapi aku tidak punya pilihan, kita tidak punya pilihan
Ternyata tidak cukup hanya cinta untuk sekedar bersama

Tujuh entah delapan tahun berlalu tidak pernah berharap bahkan berani bermimpi kita mampu bertahan untuk tetap berjalan berdampingan
Aku dan pasti juga kau tidak pernah membayangkan kalau yang kita rasakan menjadi begitu dalam
Kupikir dan begitu juga kau, kita tidak akan bertahan lebih dari tiga tahun lamanya..nyatanya lebih dari yang kita kira

Begitu banyaknya cara yang seolah-olah diciptakan untuk memberi jalan bagi kita mengakhiri semua
Tapi selalu ada cara lain yang tiba-tiba datang menyodorkan kesempatan untuk kita menggenggam hati lebih erat lagi
Hidup seperi mempermainkan perasaan kita bukan? Ketika dua hati yang telah merekat kuat harus dirobek paksa dan menjejakkan luka yang menganga

Aku tercabik, bahkan tak mampu memungut serakan-serakan hati
Terlebih ketika kau segera menanggalkan kesendirianmu agar cepat terobati luka itu
Bukan salahmu aku tahu, tapi lukaku semakin dalam setelah itu
Merasa tertinggal, terkhianati dan sendiri
Setengah gila menjalani hari tanpa rasa, hampa

Lelah, aku lelah dengan rasa sakit ini...Hentikan, tolong hentikan tangis ini segera
Cukup sudah aku dikuasai emosi, aku telah mengerti
Melupakanmu adalah usaha yang sia-sia, jadi aku akan tetap mengingatmu sebagai bagian dari kenangan terindah dihidupku tanpa perlu ku ikut sertakan luka itu
Membencimu adalah hal yang mustahil, maka aku akan tetap mengasihimu seperti dulu tanpa perlu ku ikut sertakan rasa cemburu
Jalan kita memang tak lagi sama tapi arahnya masih tetap kesana, beriringan meski tidak berdampingan

Kawan, tolong jangan tanyakan siapa, bagaimana serta kenapa padaku
Sebab aku tidak sanggup untuk mengatakan, memberikan dan menggambarkan lebih dari itu
Ku harap kau mengerti...

Jumat, 05 Februari 2010

Sayangnya Bukan Aku yang Menang

"Sudah kukatakan agar kau tak usah jadi orang baik, tapi kau tak mau dengar ucapanku!" Kemarahan menatapku tajam, "Sekarang kau lihat apa yang kau dapatkan?!" Lanjutnya masih dengan tatapan yang sama.

Astaga, ternyata Kemarahan benar juga.
Padahal aku sudah berusaha, benar-benar berusaha untuk menjadi baik sampai batas yang aku bisa.
Rela, betul-betul rela ketika ku bungkukkan diri agar membuat yang lain merasa lebih terhormat dariku.
Menekan rasa sakit ketepian hati hingga cukup lapang ruang untuk segala pengertian dan dukungan yang ku coba berikan.
Sayang tidak pernah cukup!

Ketulusanku hanya jadi alas kaki yang tidak pantas dihargai.
Perasaanku tak perlu lagi dipertanyakan, anggap saja tak pernah ada.

Tawaran berkawan dengan Kemarahan terlihat sungguh menarik untuk saat ini.
"Jangan begitu, tidak baik menjadi pendendam. Bersabarlah, kau harus mengerti mungkin saja memang kau yang bersalah minta maaf saja." Celetuk Nurani tiba-tiba.
"Tutup mulutmu, aku sudah bosan dengan kebaikan!" Bentakku.
Tertawa lepas ketika Nurani lari terbirit-birit dan mengkerut dipojokan hati.
Selamat atas Kemenangan bagi Kemarahan karena aku telah menyerah.

Berduka atas matinya pertemanan yang dibunuh dengan keji...

Senin, 01 Februari 2010

Membeli Kepercayaan

Ku coba membeli kepercayaan dengan kebaikan
Lumayan berhasil karena tak sulit untuk menerima kebaikan tanpa perlu banyak pertimbangan
Tapi, kebaikan jadi terlalu mudah untuk dimanfaatkan
Kepercayaan hanya sebatas seberapa baik kau bisa dimanfaatkan
Lalu, aku berpaling...

Ku putuskan membeli kepercayaan dengan kejujuran
Ini lebih sulit dari yang aku kira bisa aku dapatkan
Kejujuran jadi seperti badut yang ditertawakan oleh orang dewasa, manusia berpenampilan aneh yang mempertontonkan kebodohannya bukan lagi sosok penghibur yang lucu pemicu tawa anak-anak
Berhati-hati bahkan kejujuran bisa menikam balik kepercayaan
Aku kembali berpaling...

Ku beranikan untuk membeli kepercayaan dengan kebenaran
Langsung kau dapatkan lemparan kata-kata busuk melumuri sekujur tubuh, baunya saja sudah mampu membuatmu meludahi diri sendiri
Kebenaran...siapa juga yang butuhkan itu sekarang
Semua dapat dikondisikan sesuai kebutuhan
Bersiap-siap saja kau malah akan dikhianati kepercayaan
Lekas ku berpaling...

Membeli kepercayaan dengan uang, sadar diri itu hal yang tak bisa kupenuhi

Yah, menerima kenyataan kepercayaan masih merupakan barang mewah untuk orang sepertiku

Selasa, 26 Januari 2010

Aku, Kau dan Dia

Hei, kamu...Ya, kamu!
Yang telah memperdengarkan dengan paksa telingaku lagu itu
Lagu yang segera saja mengkontaminasi perasaanku hingga bernafsu merampok lagu-lagu sang dewi lainnya (ya, ya, membajak itu sama dengan penjahat. Kau sudah teriakan itu padaku)
Lagu itu pula yang kau persembahkan untuknya
Ya, betul dia...!
Dia yang mengantungi sebagian besar hatimu (karena kau harus membagi hatimu untuk yang lain juga sayang)
Dia yang entah dengan sengaja atau tidak telah kau suguhkan padaku dan mengambil bagian dari sedikit waktuku
Bagian yang pada akhirnya kau sangsikan keabsahannya

Hei, kamu...Ya, kamu!
Yang membangkitkan sepercik rasa kagum akan sesuatu pada dirimu dipertemuan perdana kita setelah sekian waktu berlalu
Sesuatu yang tidak bisa aku kisahkan kecuali lewat goresan pendek kata-kata yang ku sisipkan untukmu
Kata-kata yang juga sempat menguarkan aroma curiga menelusup diantara kau dan dia
Merayu bukanlah keahlianku...kalau tidak, simpanan kekasihku pasti sudah memenuhi saku
Sesungguhnya itu yang aku lihat didirimu, sesuatu yang mungkin kau kira hanyalah permainan kata-kata dariku

Dia, benar dia!
Karena apa aku dan dia bisa bersua, kurasa kalian berdua tahu adanya
Sampai aku dan dia sepakat dalam kata, sepaham dengan logika dan bertahan digaris batasan masing-masing privasi
Jangan khawatirkan kebersamaan ini, ikatan karib aku dan dia masih butuh berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun kemudian untuk lulus uji
Berjalan, berlari, terjatuh dan bangkit kembali

Kau dan Dia, kalian berdua!
Yang berhasil dengan gemilang mengacaukan logikaku, mempertanyakan kembali prinsipku
Membawaku galau diperbatasan salah dan benar, baik dan buruk, setia dan ingkar
Ya, aku memang tidak merestui apa yang kalian bina...
Aku merestui kebahagiaan kau dan dia, apapun itu

Pesan untukmu...Kau yang sedang merangkai kembali hati yang porak-poranda karenanya, kuharap kau temukan kembali apa yang hilang dan sedang kau cari. Bahagiamu, hanya kau yang tahu, bukan aku, bukan juga dia

Pesan untuknya...Dia yang terpuruk dan memungut satu demi satu serpihan-serpihan hati, kalut dalam kesendirian menggapai-gapai sesuatu untuk digenggam. Bertahanlah, walau hanya sebatas ini mampuku untuk meraihnya, bersabar kawan...bersabarlah

Pesan untukku...Minum segera obat sakit kepala dan lekas tidur, jangan meracau terus

Minggu, 24 Januari 2010

Berhenti Jadi Teman

Aku mau berhenti jadi teman...
Semua persyaratan yang dibutuhkan telah aku ajukan

Hasilnya, aku gagal...
Salahku sendiri masih peduli, masih mau mengerti, masih tetap menyayangi

Kalau saja kepedulianku bisa menguap dan tidak meninggalkan jejak
Seandainya saja pengertian yang hampir aku habiskan tidak buru-buru diisi ulang
Coba saja aku bisa memanipulasi hati agar mengganti sayang yang kuberi menjadi benci

Permohonanku ditolak
Karena ternyata semua rasa itu masih membukit memenuhi ladang hati

Yah, mungkin lain waktu akan kucoba lagi untuk berhenti jadi teman
Eh, tapi aku jadi tidak yakin...berhenti tidak ya?!
Berhenti...tidak...berhenti...tidak...

Biarlah kupikirkan saja nanti..."Mari kawan, kita bermain bersama!"
Akan ku kisahkan cerita-cerita lucu yang dapat membuatmu tertawa seperti biasa

Rabu, 13 Januari 2010

Berharga...

Sahabat bertanya padaku, "Apa yang paling berharga untukmu?"

"Selain mereka yang bertalian darah denganku, tentu saja kau!"

Masihkah kau ragukan itu...?

Jumat, 08 Januari 2010

Aku dan Waktu

Bertatapan dengan Waktu yang berwajah bengis disatu permulaan hari.

"Jadi kau akan mengejarku?" Tanyanya tersenyum sinis, "Aku tidak akan berhenti dan menunggumu, kau tahu?!".
"Seperti yang terjadi kemarin, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun yang lalu. Kau akan tertinggal jauh dariku sampai kau harus menangis, merengek bahkan mengiba agar aku berhenti berlari sehingga kau dapat mendekatiku dengan kaki-kaki lemahmu itu." Katanya lagi, sedingin angin laut yang memburu dicelah-celah pepohonan. Menusuk pori-pori dan menggigilkan tulang-belulang tubuhku.

"Ah sudahlah tak perlu banyak bicara, segera saja kau berlari!" Jawabku, "Kalaupun aku tak bisa menyaingi derap langkahmu aku tetap akan menguntit tepat dibalik punggungmu, hingga kau muak dan berhenti menoleh!". Sebab kali ini aku telah siap.