Selasa, 23 Februari 2010

Tentang Kita

Membaca tulisan seorang kawan tentang tanggal yang istimewa
Teringat kalau juga memiliki kesan yang sama, meski tidak tepat apabila dikatakan istimewa
Bukan karena kebetulan juga tapi karena sebuah keputusan

Sebuah keputusan ketika tanggal empat belas, bulan dua, tiga tahun yang lalu aku melepasmu
Karena ku tahu kau tak mampu lakukan itu
Tepat setelah kau kirimkan pesan ucapan selamat hari jadi kita
Hari jadi yang ke tujuh entah delapan tahun kita sepakati untuk dirayakan
Karena kita tidak pernah ada kata-kata resmi untuk itu sebenarnya

Aku tahu kau tak menyangka aku sanggup lakukan itu
Kau hancur, tidak bedanya dengan diriku
Tapi aku tidak punya pilihan, kita tidak punya pilihan
Ternyata tidak cukup hanya cinta untuk sekedar bersama

Tujuh entah delapan tahun berlalu tidak pernah berharap bahkan berani bermimpi kita mampu bertahan untuk tetap berjalan berdampingan
Aku dan pasti juga kau tidak pernah membayangkan kalau yang kita rasakan menjadi begitu dalam
Kupikir dan begitu juga kau, kita tidak akan bertahan lebih dari tiga tahun lamanya..nyatanya lebih dari yang kita kira

Begitu banyaknya cara yang seolah-olah diciptakan untuk memberi jalan bagi kita mengakhiri semua
Tapi selalu ada cara lain yang tiba-tiba datang menyodorkan kesempatan untuk kita menggenggam hati lebih erat lagi
Hidup seperi mempermainkan perasaan kita bukan? Ketika dua hati yang telah merekat kuat harus dirobek paksa dan menjejakkan luka yang menganga

Aku tercabik, bahkan tak mampu memungut serakan-serakan hati
Terlebih ketika kau segera menanggalkan kesendirianmu agar cepat terobati luka itu
Bukan salahmu aku tahu, tapi lukaku semakin dalam setelah itu
Merasa tertinggal, terkhianati dan sendiri
Setengah gila menjalani hari tanpa rasa, hampa

Lelah, aku lelah dengan rasa sakit ini...Hentikan, tolong hentikan tangis ini segera
Cukup sudah aku dikuasai emosi, aku telah mengerti
Melupakanmu adalah usaha yang sia-sia, jadi aku akan tetap mengingatmu sebagai bagian dari kenangan terindah dihidupku tanpa perlu ku ikut sertakan luka itu
Membencimu adalah hal yang mustahil, maka aku akan tetap mengasihimu seperti dulu tanpa perlu ku ikut sertakan rasa cemburu
Jalan kita memang tak lagi sama tapi arahnya masih tetap kesana, beriringan meski tidak berdampingan

Kawan, tolong jangan tanyakan siapa, bagaimana serta kenapa padaku
Sebab aku tidak sanggup untuk mengatakan, memberikan dan menggambarkan lebih dari itu
Ku harap kau mengerti...

Jumat, 05 Februari 2010

Sayangnya Bukan Aku yang Menang

"Sudah kukatakan agar kau tak usah jadi orang baik, tapi kau tak mau dengar ucapanku!" Kemarahan menatapku tajam, "Sekarang kau lihat apa yang kau dapatkan?!" Lanjutnya masih dengan tatapan yang sama.

Astaga, ternyata Kemarahan benar juga.
Padahal aku sudah berusaha, benar-benar berusaha untuk menjadi baik sampai batas yang aku bisa.
Rela, betul-betul rela ketika ku bungkukkan diri agar membuat yang lain merasa lebih terhormat dariku.
Menekan rasa sakit ketepian hati hingga cukup lapang ruang untuk segala pengertian dan dukungan yang ku coba berikan.
Sayang tidak pernah cukup!

Ketulusanku hanya jadi alas kaki yang tidak pantas dihargai.
Perasaanku tak perlu lagi dipertanyakan, anggap saja tak pernah ada.

Tawaran berkawan dengan Kemarahan terlihat sungguh menarik untuk saat ini.
"Jangan begitu, tidak baik menjadi pendendam. Bersabarlah, kau harus mengerti mungkin saja memang kau yang bersalah minta maaf saja." Celetuk Nurani tiba-tiba.
"Tutup mulutmu, aku sudah bosan dengan kebaikan!" Bentakku.
Tertawa lepas ketika Nurani lari terbirit-birit dan mengkerut dipojokan hati.
Selamat atas Kemenangan bagi Kemarahan karena aku telah menyerah.

Berduka atas matinya pertemanan yang dibunuh dengan keji...

Senin, 01 Februari 2010

Membeli Kepercayaan

Ku coba membeli kepercayaan dengan kebaikan
Lumayan berhasil karena tak sulit untuk menerima kebaikan tanpa perlu banyak pertimbangan
Tapi, kebaikan jadi terlalu mudah untuk dimanfaatkan
Kepercayaan hanya sebatas seberapa baik kau bisa dimanfaatkan
Lalu, aku berpaling...

Ku putuskan membeli kepercayaan dengan kejujuran
Ini lebih sulit dari yang aku kira bisa aku dapatkan
Kejujuran jadi seperti badut yang ditertawakan oleh orang dewasa, manusia berpenampilan aneh yang mempertontonkan kebodohannya bukan lagi sosok penghibur yang lucu pemicu tawa anak-anak
Berhati-hati bahkan kejujuran bisa menikam balik kepercayaan
Aku kembali berpaling...

Ku beranikan untuk membeli kepercayaan dengan kebenaran
Langsung kau dapatkan lemparan kata-kata busuk melumuri sekujur tubuh, baunya saja sudah mampu membuatmu meludahi diri sendiri
Kebenaran...siapa juga yang butuhkan itu sekarang
Semua dapat dikondisikan sesuai kebutuhan
Bersiap-siap saja kau malah akan dikhianati kepercayaan
Lekas ku berpaling...

Membeli kepercayaan dengan uang, sadar diri itu hal yang tak bisa kupenuhi

Yah, menerima kenyataan kepercayaan masih merupakan barang mewah untuk orang sepertiku