Jumat, 22 Juli 2011

Beralih dan Tak Percaya

Adakah percaya padamu masih mampu menghalau nafas kebencian?
Sengaja mungkin memang kau biarkan agar jadi sedikit hiburan
Nafas-nafas panas yang semakin cepat menghela dan menghembus, berulang-ulang
Kemudian memenuhi setiap ruang-ruang hati yang dahulu begitu lapang menjadi sempit, menjemukan

Sudah puaskah kau tertawa?
Karena nafas kebencian sudah mengambil alih paru-paru dan melelahkan
Ruang hati yang sesak, mengusir keluar ketenangan, perlahan namun tak tertahan
Akan kau apakan ketika tak ada lagi ketenangan, keramahan, perkawanan?

Bersenang-senang tidak semudah itu mengembalikan kebaikan
Rasa sudah membisu, menolak untuk sekedar mengaduh
Cukupkah tenagamu memecah kepala-kepala yang membatu hanya dengan setengah kepalan tanganmu?
Sedang setengah lagi dibiarkan terbuka enggan kau katup

Apa yang kau rencanakan?
Lihat nanti sampai permainan tidak lagi kau menangkan
Langkah-langkah yang terjebak, mundur untuk mengelak, satu dua tiga hitungan lantas mati
Kau akan tertinggal dan tersadar, kau tidak pernah jadi pemilik kantung nasib

Bagi nasibku, nasib mereka, bahkan nasibmu sendiri...

Jumat, 08 Juli 2011

Menahan...

Seharusnya ku maki saja sampai terkuras habis amarah
Tapi aku memilih diam....

Atau ku namai dengan kata-kata hina yang sepertinya lebih layak disematkan
Tapi sekuat tenaga aku membungkam...

Juga lebih baik rasanya jika ku layangkan kepalan tangan membabi-buta
Tapi berkilahpun aku tidak...

Pengecut!

Bukan...aku hanya belajar BERSABAR