Teruntuk Nurani,
Bersama surat ini aku ingin menyampaikan hal-hal mengenai
dirimu yang tidak berkenan dihatiku
Pertama, kau selalu saja
menggangguku dengan kebenaran milikmu itu
Sering kali aku harus pura-pura
tidak menyadari karena itu satu-satunya cara menghindar
Padahal kau tahu kebenaranmu
tidak ku suka karena mempreteli masker anti-malu yang selama ini aku kenakan
Kebenaranmu yang dengan
semena-mena membongkar persembunyian kesalahan yang aku tumpuk diam-diam
Kenapa juga kau begitu
memaksakan semua itu padaku?
Kedua, kau tahu bukan?
Aku tidak suka menjadi apa adanya
Tidak pula ada yang suka
ketika aku terlihat apa adanya
Harusnya kau mengerti
nurani, aku hidup dijaman yang apa saja dilebih-lebihkan
Kesederhanaan itu berarti
kau tidak punya dan tidak mampu
Bersahaja? Apa lagi itu!
Kata itu bahkan sudah jadi kuno dan hampir punah
Ya ampun! Kau pasti
bercanda kan?! Jangan menuntutku untuk jujur!
Aku bisa diasingkan dan
dibuang kehutan, karena hanya disana tempat yang tepat untuk kejujuran
Hanya dihutan harimau jujur
memangsa karena lapar bukan lantaran sok berkuasa
Atau si kancil jujur
ketakutan lari pontang-panting jadi buruan bukan lantaran ketahuan mencuri
Dan kau tetap saja tak
mau mengerti!
Ketiga, aku ini sudah
jadi orang baik! Tanya saja mereka yang telah aku beri kebaikan kalau tidak
percaya!
Apa kau tahu betapa
sulitnya berusaha terlihat baik dimata orang lain?
Meskipun hanya terlihat
baik bukan benar-benar baik, itu saja susah sekali
Ini tidak main-main,
karena aku harus terus-menerus mempertahankan citra baik itu dihadapan semua
orang
Satu lagi, tahu apa kau
soal hidup? Kau kan hanya nurani yang bahkan keberadaanya pun tak jelas dimana?
Kerjamu cuma mengkritik
hidupku, yang katanya aku congkaklah, sok bijaklah, belaga pintarlah, pura-pura
alimlah...
Memangnya kenapa kalau
aku begitu?! Toh, semua orang juga melakukan hal yang sama?
Berkali-kali kuterangkan
hanya mengikuti keadaan bukan keinginanku sendiri!
Tapi sialnya kau malah
mengataiku tidak punya pendirian!
Nasihatku sebaiknya bawa
jauh-jauh kebenaranmu!
Jaman sekarang kebenaran
mudah dipesan sesuai permintaan tidak seperti milikmu yang tidak bisa dikompromi
Kebenaran jaman sekarang
lentur dan tumpul tidak seperti milikmu yang kaku dan tajam
Aku beritahu ya
nurani...sebaiknya kau rubah kebenaran milikmu jika mau diterima
Karena kebenaran yang
murni tidak laku lagi, seperti juga dirimu yang sudah tidak didengarkan
Tempatmu itu dipojokan
hati... Sana, lebih jauh lagi kedalam!
Nah, diam saja kau disitu
jangan bergerak dan bersuara sampai ada yang memanggilmu
Ya kalaupun tidak ada
yang ingat kau disana jangan kesewa...
Sudah kubilangkan? Ini
jamannya orang lebih percaya kata-kata iklan di televisi dibanding kata-kata
nurani mereka sendiri
Sekian dulu keluh-kesah
dariku, semoga kiranya kau dapat berbesar hati menerima
Tertanda,
Aku