Senin, 03 Februari 2014

Hati-hati Sombong

Jadi sombong itu seperti tidak ada ujungnya...
 
Bahkan disaat tidak merasa sombong sekalipun sebenarnya kita sedang sombong

Ketika dengan bijaknya memberikan kata-kata yang bermanfaat bisa saja kita sedang sombong

Atau dikala kita berucap merendah dihadapan orang sangat mungkin kita sedang sombong

Masalahnya sombong itu perkara hati

Dan tidak ada yang mampu menakarnya kecuali Dia


Selasa, 20 Agustus 2013

SURAT UNTUK NURANI

Teruntuk Nurani,

Bersama surat  ini aku ingin menyampaikan hal-hal mengenai dirimu yang tidak berkenan dihatiku

Pertama, kau selalu saja menggangguku dengan kebenaran milikmu itu
Sering kali aku harus pura-pura tidak menyadari karena itu satu-satunya cara menghindar
Padahal kau tahu kebenaranmu tidak ku suka karena mempreteli masker anti-malu yang selama ini aku kenakan
Kebenaranmu yang dengan semena-mena membongkar persembunyian kesalahan yang aku tumpuk diam-diam
Kenapa juga kau begitu memaksakan semua itu padaku?

Kedua, kau tahu bukan? Aku tidak suka menjadi apa adanya
Tidak pula ada yang suka ketika aku terlihat apa adanya
Harusnya kau mengerti nurani, aku hidup dijaman yang apa saja dilebih-lebihkan
Kesederhanaan itu berarti kau tidak punya dan tidak mampu
Bersahaja? Apa lagi itu! Kata itu bahkan sudah jadi kuno dan hampir punah
Ya ampun! Kau pasti bercanda kan?! Jangan menuntutku untuk jujur!
Aku bisa diasingkan dan dibuang kehutan, karena hanya disana tempat yang tepat untuk kejujuran
Hanya dihutan harimau jujur memangsa karena lapar bukan lantaran sok berkuasa
Atau si kancil jujur ketakutan lari pontang-panting jadi buruan bukan lantaran ketahuan mencuri
Dan kau tetap saja tak mau mengerti!

Ketiga, aku ini sudah jadi orang baik! Tanya saja mereka yang telah aku beri kebaikan kalau tidak percaya!
Apa kau tahu betapa sulitnya berusaha terlihat baik dimata orang lain?
Meskipun hanya terlihat baik bukan benar-benar baik, itu saja susah sekali
Ini tidak main-main, karena aku harus terus-menerus mempertahankan citra baik itu dihadapan semua orang

Satu lagi, tahu apa kau soal hidup? Kau kan hanya nurani yang bahkan keberadaanya pun tak jelas dimana?
Kerjamu cuma mengkritik hidupku, yang katanya aku congkaklah, sok bijaklah, belaga pintarlah, pura-pura alimlah...
Memangnya kenapa kalau aku begitu?! Toh, semua orang juga melakukan hal yang sama?
Berkali-kali kuterangkan hanya mengikuti keadaan bukan keinginanku sendiri!
Tapi sialnya kau malah mengataiku tidak punya pendirian!

Nasihatku sebaiknya bawa jauh-jauh kebenaranmu!
Jaman sekarang kebenaran mudah dipesan sesuai permintaan tidak seperti milikmu yang tidak bisa dikompromi
Kebenaran jaman sekarang lentur dan tumpul tidak seperti milikmu yang kaku dan tajam
Aku beritahu ya nurani...sebaiknya kau rubah kebenaran milikmu jika mau diterima
Karena kebenaran yang murni tidak laku lagi, seperti juga dirimu yang sudah tidak didengarkan 
Tempatmu itu dipojokan hati... Sana, lebih jauh lagi kedalam!
Nah, diam saja kau disitu jangan bergerak dan bersuara sampai ada yang memanggilmu
Ya kalaupun tidak ada yang ingat kau disana jangan kesewa...
Sudah kubilangkan? Ini jamannya orang lebih percaya kata-kata iklan di televisi dibanding kata-kata nurani mereka sendiri

Sekian dulu keluh-kesah dariku, semoga kiranya kau dapat berbesar hati menerima

Tertanda,

Aku

Selasa, 24 Juli 2012

Koreksi Diri...

Dan ketika apa yang sudah kau lakukan ...dilupakan!
Ya, sudah biarkan saja...

Kau adalah apa yang kau pilih sekarang bagi hidupmu bukan dari mana kau berasal
Menjadi baik atau tidak itu juga pilihan bukan reaksi dari perlakuan orang-orang sekitar

Silahkan saja sibuk menyalahkan orang lain, keadaan atau masa lalu atas apapun yang menurutmu tidak sesuai keinginan
Tapi pada kenyataannya, kau hanya menunjukan kualitas dirimu sendiri yang sebenarnya....

Pecundang tidak akan pernah bisa memenangkan pertarungan
Ia hanya bisa menghancurkan lawan tanpa mendapatkan kehormatan

Kamis, 08 Maret 2012

Sombong

Jangan jadi orang miskin yang sombong....

Ketika kau tak berdaya tapi terlalu angkuh untuk meminta

Selasa, 22 November 2011

Aku...Ya, Aku....

Teringat teguranmu kemarin...
Kau bilang keberatan dengan apa yg aku tampilkan
Berlebihan, tidak sesuai etika pergaulan

Katamu aku membuatmu malu
Tidak pantas bersanding diantara kumpulan orang-orang yang "matang"
Dewasa adalah syarat utama dan tidak ada kompromi dengan itu

Aku tidak menunjukan kualitas kedewasaan yang kau pasang
Tampilanku hanya mencoreng citra yang sudah kau tata dengan baik
Menurutku, kau hanya terlalu serius menanggapi hidup

Aku tidak perlu merubah sesuatu yang tidak mengganggu atau melukai orang lain
Apa menurutmu kau sendiri tidak pernah membuat orang lain terganggu dengan tingkah polahmu?
Kataku, kau hanya ingin "menyempurnakan" lingkaran pertemananmu

Kalau kau tak suka, ku persilahkan untuk "mengeluarkanku" dari lingakaran pertemananmu
Sudah ku bilang, aku memiliki hidupku sendiri
Bukan pertemanan yang menentukan akan seperti apa hidupku tapi aku yang membuat pilihan itu

Tapi itu hidupmu dan aku punya hidupku sendiri
Jadi aku tidak akan bermasalah dengan apapun yang kau pilih
Maaf, aku tidak bisa mengikuti maumu

Karena ku pikir kau juga tidak akan berkompromi dengan mauku
Tenang saja tidak ada yang pribadi antara kita dan aku tahu kau pun tidak akan mencampur-adukan urusan
Untuk hal yang satu itu aku tahu kita sepaham

Senin, 07 November 2011

Aku, Hidup dan Pilihan

Hidup yang tenang....begitulah kira-kira sebagian yang lain menilai
Betapa menyenangkan....sebagian lain ikut-ikutan memberikan pandangan
Hidup siapa? Aku...

Ah, kalau saja mereka tahu apa saja yang aku lepaskan
Apakah tetap akan  seperti itu yang merekai nilai?
Atau seandainya saja mereka menghitung apa saja yang aku dapatkan sabagai pertukaran
Apakah masih bisa mereka bilang menyenangkan?

Sangat mungkin mereka menilaiku bodoh, sinting, aneh....
Dan sepertinya kata-kata itu belum seberapa untuk menggambarkan semuanya
Sudahlah, aku memang biasa berbeda dari pemikiran orang kebanyakan

Aku bercerita dari sudut pandang yang berbeda, dan mereka sendiri yang menilai berlebihan
Hidupku sama tidak sempurnanya dengan mereka, yang berbeda ketika aku berbahagia dengan apa yang aku punya
Aku hanya menyederhanakan hidupku yang memang tidak perlu serumit itu
Mereka hanya perlu tahu, aku baik-baik saja dengan pilihanku

Aku sedang tidak berpura-pura, bahkan untuk menyenangkan diriku sendiri
Untuk apa? Jika betul itu yang aku rasakan
Belajar mengasingkan keluhan, hingga mulai terasa tak wajar ketika diucapkan

Aku serius dengan pilihanku, jangan dikira aku tak paham betul resikonya
Walau mereka bilang hidupku yang santai, mengalir riang bagai anak sungai
Hei, jangna lupa sungai ini menuju kelautan dalam yang ombaknya menggulung ganas
Jadi apakah mereka pikir aku akan pasrah begitu saja menyerahkan kepada angin kemana akan membawa?

Ya, aku mungkin saja akan terluka, terkoyak, terhempas, terdampar...
Atau aku akan merubah jalur dan jalan memutar hingga kelelahan
Tapi tidak untuk lari karena takut hadapi kehidupan!

Minggu, 30 Oktober 2011

Tidak Ada Batasan

Beginilah jadinya kalau hatimu berbicara lebih dari yang seharusnya
Jadi akan kau apakan ia?
Menyumpalnya rapat-rapat, hingga berbisikpun tak dapat?

Tapi hatimu tidak berbicara dengan dengan mulut yang terbuka
Ia berbicara lewat getaran-getaran yang mendesirkan nadi-nadi dan mendesak aliran darah
Membuat akalmu tak kuasa memberikan perintah

Apa yang bisa kau lakukan ketika perasaan sudah berkenan?
Aku tahu betapa sulitnya kau mengeluarkan segala daya untuk coba mengaturnya
Seakan setiap sendi-sendi bersumpah setia untuk menolak

Dan kau memikirkan untuk pasrah melawan semua inginnya
Melepaskan hatimu melakukan kehendaknya
Puaskah ia?...Tidak kawan, karena perasaan tidak pernah mampu berikan batasan