Sabtu, 28 November 2009

Sebuah Pilihan

Hidup adalah pilihan, tapi aku lebih suka mengatakan selama kau hidup maka akan selalu ada kesempatan untuk memilih.

Entah berapa kali kita merasa terpaksa harus memilih sesuatu yang tidak diinginkan karena alasan tidak ada pilihan lain, benarkah?
Mungkin ya, atau itu terjadi hanya karena aku tidak menyadari kalau punya kesempatan membuat pilihan lain, atau juga malah aku yang terlalu pengecut untuk memilihnya.

Sebagian orang menuntut dirinya bahkan orang lain untuk bisa membuat pilihan yang benar.
Tapi bagaimana mungkin aku bisa melihat pilihan itu benar ketika kesalahan yang menjadi ukuran benar itu sendiri selalu dihindari.
Bukankah berkaca pada kesalahan justru membuat kita selangkah lebih dekat dengan kebenaran.

Bagiku pilihan itu bagai dua sisi mata uang, ketika kau mengambil satu sisinya maka sisi lainnya suka atau tidak harus kau miliki.
Karena setiap pilihan yang tepat sekalipun akan diiringi dengan tanggung jawab untuk menjalaninya.

Pilihlah dengan keyakinan karena menghindarinya akan membuatmu seperti berlari mengelilingi sebuah lapangan yang membawamu kembali keposisi semula.

Sekarang, sudahkah kau menjatuhkan pilihan?

2 komentar:

  1. Hua.. jd inget kejadian g kemaren.. diantara pilihan2.. yg bikin kita dilema buat milih nya.. huhuhu T.T
    kalau salah milih.. bs berakibat fatal..
    tp kdg dipilih pun bagai buah simalakama..
    bnr2 pilihan yg sulit.. tp y spt yg u blg hidup adalah pilihan.. hrs dipilih dg sebaik2 nya..
    ^^siska^^

    BalasHapus
  2. @siska: wah berat juga ya...ehm, apaan tuh?! ;)
    tapi kita belajar dari pengalaman kok.
    jangan takut untuk salah nanti malah ga pernah bener hehhe...sotoy neh!

    BalasHapus